TNT 1000 Guru Balikpapan di Pulau Sabakkatang

Daftar Isi
25-27/08/2017

Alhamdulillah dikasih kesempatan lagi sama Allah buat menelusuri mahakarya-Nya, mencari mutiara kecil di pedalaman lewat teaching and travelingnya 1000 guru Balikpapan. Ini adalah teaching and travelling pertamaku dan langsung keluar pulau jawa. Kali ini di Pulau Sabakkatang. Pulau yang terletak diantara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi. Tapi dia masuk ke provinsi Sulawsesi Barat, Kabupaten Mamuju. Disini kami mengajar dan jalan-jalan. Mengajar di SDN Pulau Sabakkatang. Banyak banget pengalaman baru, seru, dan asik yang aku dapet dari kegiatan ini. 

Berangkat dari Balikpapan menuju Pulau Sabakkatang dengan perahu yang buat ngangkutin ikan ya kayaknya. Rundown (jam 19.00) terpaksa molor sampe jam 03.00 pagi sebab angin belum ngasih izin buat berlayar. Aku duduk di lambung kapal. Dengan percaya dirinya aku yakin tidak akan muntah, soalnya memang tidak pernah ada kejadian aku muntah ketika naik kapal. 

Tapi ternyata goyangan kapal akibat ombak membuat aku pusing, apalagi kalau duduk di lambung kapal. Akan terasa sekali deh tuh goncangannya. Belum lagi kami, yang berada di lambung kapal, duduk dengan posisi berhadap-hadapan. Jadi melawan arah kapal gitu. Pusingnya tambah cepet menjalar dan aku bisa muntah. 

kondisi lambung kapal

Tak terasa sudah waktunya sholat subuh. Posisiku masih di lambung kapal. Aku pun sholat subuh dengan tayamum sambil duduk dengan membaca surat pendek aja, gak kuat banget kepala nih. Rasanya goyang kanan goyang kiri. Setelah sholat aku ke deck atas dan tempatnya ternyata enak banget. Langsung gak mual aku. Tanpa ada pagar pelindung samping ditemani angin laut aku pun terkantuk-kantuk mencoba menahan agar tidak ke bawah lagi. Kalau tidak aku bisa mual. 

Hingga akhirnya dijam-jam terakhir aku kebelet pipis. Eng ing eng... gak ada kamar mandi. Adanya bagian buntut kapal dan pipisnya disitu. Terbuka. Bayangkan saja untuk pipis ditempat terbuka tanpa ada pegangan disertai goyangan kapal akibat ombak yang besar dan juga angin laut yang kencang. Bagaimana aku akan pipis ya? Berasa pipis di kereta api yang jalan tapi gak ada ruangannya, gak ada pegangannya. Satu kelebihan dari toilet dadakan ini, yaitu view-nya gak ada yang bisa ngalahin. Sebab sejauh mata memandang cuma ada hamparan laut biru yang tak berujung. Keren gak tuh toiletnya, hehe. Alhasil pipisnya kocar kacir dan aku merasa seluruh baju yang aku pake najis, haha. Disaat itu pula aku mual dan akhirnya muntah. Baru kali ini aku muntah naik kapal. 

view kamar mandi

Kami pun tiba pukul 12.00 siang dengan total perjalanan yang kami tempuh kali ini sepuluh jam. Tidak pernah terbayang untukku naik kapal lebih dari dua jam. Sesuatu sekali. Terbayang orang zaman dahulu berlaut dengan segala halang rintang yang ada. Saat hendak turun dari kapal kami disambut oleh alam-Nya yang begitu luar biasa memikat. Sampai-sampai mataku tidak rela untuk berkedip. MasyaAllah, pantai birunya yang bening, langit yang cerah, pasirnya yang lembut.... 

setibanya di pulau

Pukul 16.00 sore kami langsung memulai kegiatan mengajar. Aku mengajar di kelas 2 dengan kak rifani (ketua kelas kece kita), kak tya (kakak pendiam, sama kayak akuh. Hahaha), kak cheryl (ini temen gokil, supel. Baru ketemu bentar tapi berasa dah kenal lama), kan haniy (gak berangkat kakak ini), dan kak riyo (mentor kece kelas 2). 

pengajar kelas 2
kanan-kiri : kak rifani, kak cheryl, aku, kak tya, kak ryo



Kami mendapat tema tentang ke-Indonesiaan. Kami berencana untuk engajarkan mereka tentang pulau-pulau yang ada di Indonesia juga mengenalkan tentang keragaman Indonesia. Tapi rencana kami tidak semuanya berjalan mulus. Ada beberapa yang disesuaikan ketika sudah berada di depan mereka.

SDN Pulau Sabakkatang hanya ada satu gedung yang terdiri dari tiga ruang kelas. Satu ruang kelas dipake oleh dua kelas. Jadi ada sekatnya gitu. Material gedungnya dari kayu. Tapi walaupun kecil begitu sekolahnya tampak kokoh dan rapi. Sampe diri ini membatin, Jadi apakah selalu bangunan beton yang dikatakan bangunan yang layak untuk sekolah? Emangnya ada yang salah dengan kayu? Soalnya kadang ada orang suka sedih gitu kalau lihat sekolah yang tidak biasanya. 

tampak depan sekolah

tampak dalam salah satu ruang kelas

sekat pemisah antar kelas dalam satu ruangan

Pas aku mulai, aku suruh salah satu anak buat menyiapkan kelas, berdoa dulu. Dan tiba-tiba ada adek yang maju dan memimpin kelas (aku pikir bakal ditempat aja nyipinnya terus doa belajar yang rabbi shori sodri), mereka membaca Al-Fatihah. Itu doa mereka sebelum memulai kelas. Setelah itu menulis nama dan cita-cita di nametag, menulis “PETA INDONESIA” di atas peta yang sudah disiapkan, menusukkan ibu kota tiap provinsi, tanya jawab, nyanyi lagu Indonesia Raya (harusnya nyanyi lagu Satu Nusa Satu Bangsa, tapi pada gak tau semua. Aku juga gak tau kok dek, haha. baru googling aja pas mau ke Sabakkatang), dan pohon impian. Pohon yang berisikan nama dan cita-cita mereka. 

Lalu ada sesi herat to heart, isinya tentang memotivasi adik-adik agar tetap lanjut sekolah. Satu kakak pegang tiga orang adik. Aku bersama dua adik sore itu. Dan rasanya cepet banget sesi ini. Haha, belum sempet korek yang lebih dalam. 

Tau gak sih, gara-gara sesi ajar tentang Indonesia aku jadi nyari tau lagi tentang Indonesia. Terutama bagian ku, Pulau Papua. Sebelum kaki menginjak Papua lah ya. Dari sesi ajar ini pula aku sadar makna dari negara kepulauan Indonesia. Seperti Pulau Sabakkatang yang baru kali ini aku singgahi.

Kegiatan dilanjutkan malam harinya, pentas seni adik adik kelas satu sampai kelas enam. Untuk pentas seni malam ini, kami dan kelas dua menampilkan nyanyian Indonesia Raya. Di Pulau Sabakkatang ketika malam menggunakan genset untuk aliran listriknya. PLN belum sampai kesini. Untuk dipagi hari mereka mengandalkan sinar matahari sebagai pencahayaan. Itu artinya aktivitas pagi mereka tidak menggunakan listrik. Tapi bahagianya mereka itu sederhana, walaupun tidak ada listrik. Iya, sesederhana mereka bermain bersama temannya yang lain, sesederhana mereka bermain dengan alam, sesederhana itu... Ada juga yang menggunakan panel surya, tapi tidak tau bagaimana cara mengoperasikannya.

panel surya
pentas seni kelas 2
pembagian hadiah

Setelah itu dilanjutkan dengan makrabnya volunteer dengan panitia di lapangan luas di samping SD. Dan lagi lagi mata ini menangkap sesuatu yang menakjubkan yang gak seindah kalau ditangkep pake kamera. Hamparan bintang yang bertaburan bak ketombe. Subhanallah wal Hamdulillah wala Ilahaillah wa Allahuakbar, MasyaAllah. Kalau kita menghadap ke atas, bintang-bintangnya itu bener-bener memenuhi batas lebar pandang mata kita. Bener-bener dari ujung kiri mata sampe ujung kanan mata. Buanyak bangeeeet!!! Langsung terngiang kalimatnya Batrisya (teman SD ku), 

The man-made camera lens just could not capture the beauty of this in its entirety like our God-given lens could.”

-Batrisya

langit malam yang jauh lebih indah daripada jepretan kamera bagus sekalipun

Keesokan paginya, kami ada pengobatan gratis. Tim dibagi dua, ada yang bagian kesehatan dan berkeliling pulau untuk mensosialisasikan ada pengobatan gratis. Aku, kak shntya, kak cheryl, dan kak mercy berkeliling pulau bersama dengan bantuan dua adik. Kami berkeliling sambil memperhatikan lingkungan sekitar yang menarik mata. Memperhatikan bagaimana pulau ini bekerja dengan memaksimalkan apa yang Allah kasih. Memperhatikan sambil memperlajari sesuatu yang gak biasanya aku liat di kota yang tau jadinya aja dan sistemnya sudah rumit kalau di kota, apalagi kalau bukan bidangnya. Tapi disini aku bisa dengan mudah memahaminya, oh gitu, oh gini... 

tim sosialisasi warga

Aku melihat sumur mereka yang bening dan ternyata itu sumur tampungan air pantai. Pantesan tidak seperti sumur dijawa yang dalam. Karena memang air di jawa itu berasal dari tanah. Memperhatikan juga talang rumah yang langsung masuk ke tandon, sumber listrik mereka (genset dan panel surya), tempat mereka mengaji, cara mereka mengalirkan air ke kamar mandi, ibu-ibu bikin kue durian dengan oven alami yang kata ibu kayak anak sini kalau lagi main masak-masakan, dan banyak lagi. 

kue durian oven alami

talang yang berakhir di tandon

tampungan sebelum ke rumah

Selanjutnya kami ikut membantu mengecat dinding sekolah dengan warna biru dan putih. Senang rasanya bisa ikut membantu. Harapannya dengan nuansa sekolah yang baru bisa membuat semangat belajar adik-adik kembali terbarui. 

mengecat dinding sekolah

Habis ini nih acara tarvelling-nya. Main di pantai sampai mabok. Haha. Kita ke pantai deket dermaga  Di dekat dermaga kami berenang menyelami dasar laut yang tak perlu menyelam sebenarnya sudah bisa kita lihat apa yang ada di dalamnya. School fish! Tak lupa kita ambil foto untuk memperingati hari jadi ke-5 1000 Guru. 

tepi pantai

Berlanjut ke danau di tepi pantai. Danau yang katanya bekas ledakan bom. MasyaAllah! Lagi-lagi langsung keinget kata-katanya Batrisya. Indah nian pemandangan bawah lautnya. Untuk pertama kalinya aku snorkling (pake kacamata renang biasa doang) ketemu banyak ikan dan karang yang masyaAllah bagusnya. Berasa gak minus mataku kalau lihat bawah laut. Belum lagi yang di danau, subahanllah... Karangnya nempel mengelilingi di tepi-tepinya. Banyak ikan pula disana. Terlalu susah mendeskripsikan keindaahannya. 

ikan badut yang terjebak di dalam batok kelapa

bintang laut yang tertangkap kamera

karang laut yang mengelilingi tepi danau

Selepas main di pantai kami bersih diri. Karena kamar mandinya antre, akhirnya aku, kak cheryl, kak shntya menumpang di rumah warga lainnya. Tiba tiba pas giliranku, ibunya bilang, "Ini mba air hujannya (sambil nyodorin ember isi air)." Karena tak paham maksudnya, aku hanya menariknya masuk dan tetap menggunakan air yang ada di dalam bak. Air di ember? Aku hiraukan. Dan ternyata itu jelas sekali maksudnya, itu air hujan! Karena air bak mereka isinya air pantai yang sudah diendapkan di sumur dangkal tadi. Pantes saja orang-orang bilang kok abis mandi masih lengket-lengket, pantesan kok di baknya masih ada pasirnya. Ternyata di bak mandi itu air pantai.

Serentetan acara udah selese semua, saatnya balik. Balik menggunakan perahu yang sama. Dan rada sedikit ngaret sih, nunggu di dermaga yang terbuka kurang lebih satu jam. Sampai-sampai aku pengen pipis lagi. Tapi pas mau nyebrang ke rumah warga air pantainya lagi pasang. Tidak memungkinkan kita berlima buat pipis di rumah warga. Alhasil pipis di atas dermaga yang bolong di tengah malam. Berasa pipis di empang tapi terbuka dengan angin pantai yang lumayan kenceng. Daripada di kapal, mending di dermaga ya. Stabil, haha. Membilas dengan tisu yang dibasahin dan juga tisu kering. Ketika kapal tiba dan siap berangkat aku memilih duduk di atas deck. Perjalanan dibantu oleh ombak, jadi lebih cepat daripada berangkatnya. Kita sampai kembali di Balikpapan subuh sekitar jam 05.30.

Teaching and travelling kali ini bikin ketagihan. Terimakasih tim 1000 guru balikpapan sudah membawa saya kesini. 1000 guru balikpapan, Membangun Harapan, Meretas Masa Depan!


Posting Komentar