Nonton Asian Games 2018 di GBK
Foto bareng KAKA! |
Energy of Asia, tema yang diusung untuk ASIAN GAMES kali
ini. Aku bukan orang yang mengikuti asian games dari tahun ke tahun, aku juga
bukan tipe orang yang maniak sekali di bidang keolahragaan. Jadi, kalau bisa
dibilang Asian Games ini tidak menarik perhatianku. Haha. Jadi walaupun
acaranya di Indonesia aku mah gak ada niatan buat lihat langsung itu games.
Sampai pada suatu saat aku ngobrol sama Emil, kebetulan saat
itu kami sedang dalam kegiatan yang sama. Dari situ aku berpikir, “Iya ya,
kapan lagi nonton Asian Games di Indonesia. Gak usah bayar ongkir”. Haha.
Jadilah timbullah ajakan untuk menonton Asian Games dengan bapak di dalam
mobil. Pokoknya harus lihat yang sebelum hari sabtu. Soalnya aku sabtu udah
balik ke Surabaya. Haha. Searching di web, olahraga apa yang tampil di hari
sabtu, menarik, dan murah. Awalnya aku tertarik sama berkuda, eh tapi tempatnya
bukan di GBK (Gelora Bung Karno). Tapi kan bapak kerja ya, sampe sore pula, hmm
jadi aku tak menaruh banyak harap lah.
Hari jumat datang dan aku harus bayar uang kuliah. Berangkat
ke bank mandiri komsen setelah zuhur dengan terburu-buru. Soalnya hari terakhir
bayar. Masih dengan style gamis ungu tadi pagi, menyambar jilbab bergo coklat,
pake sandal slobokan ibu, ku naik angkot ke komsen.
Pas lagi antre tiba-tiba ada yang telpon nanya aku dimana
dan berakhir ngajak aku lihat ASIAN GAMES. Hah? “Pak, tapi hami belum mandi.
Ini masih lumayan ngantrenya”, kata ku gitu. Tapi tiba-tiba bapak bilang kalau
bapak tunggu di depan hokben (letakknya bersebalahan dengan bank mandiri),
karena searah dengan jalan tolnya juga. Hmmm okelah kalau begitu. Setelah
selesai dengan perkampusan, aku, bapak, ibu meluncur ke GBK!
Sesampainya di sana setelah parkir, kami cari masjid dulu
buat sholat asar. Kita ke masjid Al-Bina, masjid yang dulu dipake ibu sama
bapak kumpul pas mau haji (2003). Nostalgia ya emak akuh. Haha. Btw, masjidnya
bagus, masyaAllah! Habis gitu kita ke loket tiket. Kita dateng mau nonton Asian
Games, apapun permainannya. Seadanya tiket dan waktunya juga. Hati kami pun terpaut
ke SWIMMING!!!
Kebetulan hari itu permainan final untuk swimming, yang akan dilangsungkan jam 18.00, jadi harga tiketnya Rp 300.000/orang. Pas dapet tiketnya langsung mulut ini berdecik, “Wah bagus banget sih ini tiket masuknya. Gede lagi. Kenapa gak biasa aja ya bu? Biar lebih murah”. Dan tetiba ku langsung teringat hadits yang kita diminta untuk memuliakan tamu. Indonesia ini tuan rumah. Ya ya ya ya... aku terima itu.
Tiket tebal harga 300k |
Berhubung jam 18.00 itu masih lama, kami memutuskan untuk lihat pertandingan lainnya, cari lagi tiket yang masih ada dan waktunya pas. Dan yak, ada permainan BASEBALL. Tapi sayangnya bayar tiketnya harus cash, gak bisa pake debit di counter baseball. Mungkin maksudnya Allah kita cukup lihat renang aja, biar duitnya dipake yang lebih bermanfaat.
Karena belum waktunya, kita pun masuk aja. Bersore ria di arena GBK. Makan kebab, foto di depan patung soekarno (yang baru kali itu aku liat dan kata ibu itu emang baru, soalnya pas dulu IBF di GBK perasaan gak ada patung ini haha) dan naik bus keliling GBK. Melihat seluruh gedung-gedung yang dipake buat permainannya. Baru kali itu aku keliling seluruh GBK, biasanya cuma keliling di dalam GBK-nya aja. Sebab IBF-nya di dalemnya aja, hahaha.
Sesudah 1 putaran kami pun berhenti di gelanggang renang, aquatic center. Matahari masih tampak, tapi di dalam gelanggang sudah ada bunyi-bunyi peluit. Hah? Udah mulai? Bukannya jam 18.00? Sontak aku pengen cepet-cepet masuk. Sayang dong udah bayar segitu tapi telat, wkwkwk. Cek tiket, stempel tangan kek masuk dufan.
Eh ternyata emang belum mulai cuy, pada masih
pemanasan. Pemanasannya ya berenang juga. Lucu ya, lembut kali gerakan pemanasan
mereka. Kalau pemake-up punya senjata make-up-nya dalam satu kotak, kalau atlet
renang ini punya satu kotak dengan berbagai macam kacamata renang senjatanya.
Mantap betul!
Kalau di Jakarta, adzan maghrib itu sekitar jam 18.00-an. Jadi pas mau mulai pertandingannya, kita gantian buat sholat. Kalau gak gitu nanti tempat duduk kita di dudukin orang. Pertama, pas banget pembukaannya, bapak dulu yang sholat. Habis gitu gantian ibu sama aku.
Sebelum masuk ke arena bertanding (berasa aku yang tanding), kita tanya dulu mushola dimana, jadi pas aku keluar udah tau dimana musholanya (mushola dadakan, bukan permanen). Tinggal nyari tempat wudhu, kita wudhu di toilet aquatic center, di westafelnya. Hahaha. Jangan sampai senda gurau dunia ini melenakan kita dari tugas kita sebagai manusia. Dan itu yang aku suka kalau berpergian sama mereka, ibu bapak. Bersama mereka perjalanan ku jadi lebih tenang.
Setelah selesai sholat, langsung kami kembali. Untuk cabang olahraga renang ini masih jarang atlet Indonesia yang masuk final, tidak seperti badminton. Jadilah aku menanti-nanti munculnya pemain Indonesia, biar bisa teriak-teriak, akhirnya muncul juga. Lupa saya cabang renang apa yang diikuti, yang jelas atlet Indonesia ada di garis ke-7. Berhasil menyelesaikan permainan di urutan ke 7 dari 8.
Seketika terbengong, sambil bertepuk tangan
atas keberhasilan perwakilan Indonesia yang berhasil menyelesaikan final renang
ini. Dan menyaut kalimat orang yang terdengar lantang menyebutkan “SIAPA KITA?”
dengan kata “INDONESIAAAA!” Gila banget pemain Indonesia ini, seberapa besar
coba usahanya dia (apalagi yang 3 teratas) buat bisa sampai final. Gak kebayang
ya berapa jam dia ngabisin waktunya dalam 1 hari buat renang. Kalau kata ibu,
mereka yang masuk final itu ada ketentuan waktunya (waktu rata-rata yang
biasanya diraih sama peserta atas-atas, wkwkw, definisku sendiri). Kalau lebih
dari itu gak bisa masuk final, sebab pasti belum bisa menang dari yang lain.
Suasana ketika kompetisi berlangsung. |
Oh iya, sebelumnya aku pernah berpikir kenapa sih perlu ada
lomba olahraga? Emanganya buat apa? Kan kalau lomba ilmiah bisa jadi sebuah
gagasan yang masih bisa terus teliti dan diterapkan. Lah kalau olahraga buat
apa? Buat sehat kali ya. Tapi kenapa buat sehat aja perlu dilombain ya? Tapi
tau gak? Ternyata perlombaan itu jauh lebih dari pada hanya sekedar sebuah ide,
sebuah kesehatan. Ada banyak aspek diri yang terbangun dari sebuah perlombaan.
Salah satunya adalah sebagai ajang pembuktian diri yang akan membangkitkan
kepercayaan diri ini. Sehingga dari kepercayaan diri itu muncul semangat dan
inovasi untuk berkarya. Iya, berkarya untuk bangsa dan negara, terlebih lagi
untuk agama.
Sama seperti ketika aku tanya ke ibu kenapa ada pelajaran
berenang di PAUD. Ibu bilang untuk melatih motorik adik-adik. Sama halnya
ketika aku nonton Hitam Putih, yang kebetulan tamunya itu (lupa namanya) bisa
menghafal banyak dengan waktu yang singkat. Dia bilang semua orang bisa
melakukan ini, sebab keahliannya itu dilatih oleh orang tuanya (lupa juga nama
latihannya). Katanya, tekniknya itu dengan jembatan keledai. Dari itu juga yang
mengantarnya kini menjadi penulis komik (itu bukan ya?), pokoknya yang
berkaitan dengan bercerita. See? Emang gak ada yang sia-sia yang diciptain sama
Allah ini.
Jam 20.00 selesai, kita pun balik. Malam ini kami akhiri
dengan beli gantungan kunci, bhin bhin; kaka; athung, yang naudzubillah nagtre
masuk sama bayarnya lama banget dan juga menikmati malamnya kota Jakarta dari
GBK.
Night at Jakarta. |
Satu lagi yang bikin saya terkagum-kagum sama sumber daya manusianya, 3 maskotnya. Ada Kaka, Atung, dan Bhin-bhin.
- Kaka : Badak bercula satu (Rhinoceros sandaicus). Merepresantisakan kekuatan (power). Kaka memakai pakaian tradisiona Palembang dengan motif bunga.
- Atung : Rusa bawean (Hyelaphus kuhlii). Merepresantisakan kecepatan (speed). Atung memakai sarung dengan motif batik tumpal Jakarta.
- Bhin-bhin : Cendrawasih (Paradisaea apoda). Merepresantisakan strategi. Bhin-bhin memakai rompi dengan motif detail Asmat daei Papua. Menggabungkan hewan-hewan yang dilindungi dan seni budaya Indonesia.
Posting Komentar