Tobatnya Seorang Pembunuh

Daftar Isi

22/11/2021

Buku : Riyadhus Shalihin 1

Bab : Tobat


Kisah

Abu Sa'id, Sa'd bin Malik bin Sinan Al-Khudri ra. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Di kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. (Karena ingin bertobat), ia bertanya kepada seseorang, di mana orang yang paling banyak ilmunya berada? Ia ditunjukkan kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu. 

Orang yang mengantar berkata (kepada si pendeta), 'Ia telah membunuh 99 orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertobat.' Pendeta itu menjawab, 'Tidak.' (Laki-laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta. Dengan demikian, ia telah membunuh seratus orang.

Pembunuh itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak ilmunya. Ia ditunjukkan kepada seorang ulama.

(Sesampainya di tempat ulama itu), orang yang mengantar berkata, 'Ia telah membunuh seratus orang, apakah masih terbuka pintu tobat baginya?'

Ulama itu menjawab, Ya. Tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima tobat. Berangkatlah ke daerah ini dan ini. Di sana ada kaum yang menyembah Allah. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke lingkunganmu, karena lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh maksiat).'

 

Laki-laki itu berangkat (memenuhi nasihat ulama itu). Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.

 

Malaikat rahmat dan malaikat azab bertengkar (memperebutkannya). Malaikat rahmat berkata, 'Dia telah datang dalam keadaan bertobat. Hatinya tertuju kepada Allah (karena itu, dia adalah bagianku).' Malaikat azab berkata, 'Dia belum melakukan kebaikan sedikit pun (karena itu, dia bagianku). 

Kemudian, datanglah seorang malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat itu mengangkatnya untuk menjadi penengah.

Dia (malaikat penengah) berkata, 'Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang mengarah ke tempat pemberangkatan laki-laki yang akan bertobat dan tanah yang akan dituju). Ke manakah dia lebih dekat, maka laki-laki ini miliknya. '

Dua malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui bahwa si pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian, malaikat rahmatlah yang berhak mengambilnya.”

(Muttafaq 'alaih)

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Jarak ke tanah yang akan dituju lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya.”

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Allah memerintahkan kepada tanah tempat pemberangkatan untuk menjauh dan memerintahkan kepada tanah tempat tujuan untuk mendekat, lalu berfirman, 'Ukurlah keduanya.' Mereka mendapati bahwa tanah tujuan lebih dekat satu jengkal, maka dosa-dosanya diampuni.'"

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Dada orang tersebut mendekat ke arah tanah yang dituju.” 

Pelajaran-Pelajaran Hadits

  1. Nabi saw. memberikan nasihat dengan cara yang baik, yaitu dengan memberikan contoh nyata.
  2. Diperbolehkan berbicara tentang bangsa-bangsa terdahulu, selama Islam tidak melarangnya.
  3. Jiwa yang dipersiapkan untuk kebaikan, meskipun suatu saat terseret oleh hawa nafsu, namun akhirnya akan kembali kepada kebaikan.
  4. Orang yang mengerti tentang ajaran agama, namun bukan ahli ibadah lebih baik daripada ahli ibadah yang tidak mengerti tentang ajaran agama. Sebab, orang yang ahli ibadah, namun tidak mengerti ajaran agama, bisa menganggap suatu amal baik, padahal yang dilakukannya salah sehingga ia tersesat dan menyesatkan orang lain. Sedangkan orang yang mengerti ajaran agama, ia diberi kemudahan menuju kebenaran, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
  5. Pintu tobat selalu terbuka bagi orang yang berbuat dosa, sebesar apa pun dosa yang diperbuatnya.
  6. Orang yang mengajak pada kebenaran hendaknya mengetahui cara mengobati hati dan selalu memberikan harapan kepada orang lain yang ingin bertobat.
  7. Ijma' ulama menyebutkan bahwa orang yang membunuh dengan sengaja lalu bertobat dengan sungguh-sungguh, maka tobatnya akan diterima. Sebab, yang tampak dari hadits ini adalah, meskipun orang tersebut membunuh dengan sengaja, tidak menyebabkan tobatnya tidak diterima. Meskipun peristiwa ini terjadi pada umat sebelum Islam, Islam tidak menghapusnya. Bahkan, ada ayat yang menguatkannya. Allah berfirman,

    “kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal shalih. Mereka itulah yang kejahatannya diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furgan: 70). “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (sebab) yang benar.” (Al-An'am: 151) 
  8. Tidak berteman dengan orang-orang yang berbuat maksiat. Sebaliknya, seorang muslim semestinya berteman dengan orang-orang shalih.
  9. Allah senang dengan tobat hamba-hamba-Nya, memberitahukan hal itu kepada para malaikat, dan menyelamatkan orang-orang yang bertobat.
  10. Upaya sungguh-sungguh untuk menjadi orang shalih dan melakukan amal shalih adalah bukti keseriusan tobat.
  11. Sifat tidak baik, sebaiknya disebutkan dengan kata-kata kiasan atau disebutkan secara mutlak agar tidak menusuk perasaan orang yang diajak bicara.
  12. Malaikat memiliki kemampuan untuk tampak dalam wujud tertentu. Hadits ini juga menjadi bukti keutamaan manusia, karena dalam hadits ini disebutkan bahwa malaikat tampak dalam wujud manusia.


Posting Komentar