Cek Fungsi Pendengaran

Daftar Isi

29/12/2021 

Bismillahirahmanirrahim… Umur Nusaibah sudah genap 10 bulan 8 hari. Tapi respon pendengarannya masih kurang. Kalau anak normal lainnya ketika dipanggil namanya langsung menengok ke sumber suara. Nusaibah belum. 


Sejauh pengamatan kami, ketika Nusaibah diberi rangsangan suara tepat di samping telinganya, mainan krincing, dan responnya tersenyum! Lambat kemudian ia menoleh. Entah sebab suara atau tangan kami yang terlihat menggemerincingkan mainan. 


Iya, memang bawaan dari sindrom alfi katanya ada kehilangan gangguan fungsi pendengaran, hearing loss. Wallahualam apa karena, lagi-lagi bawaan sindrom alfi, bentuk tengkoraknya atau bukan. Untuk itu kami dirujuk untuk melakukan tes BERA (Brain Evoked Response Auditory) yang kedua kalinya.

 

Tes BERA merupakan tes untuk mengetahui kemampuan fungsi pendengaran. Sebelum tes BERA, kami harus melalui beberapa proses terlebih dahulu.


Konsultasi 1

Pada tanggal 20 Desember 2021, Kami konsultasi ke dokter THT-KL (Telinga Hidung Tenggorokan-Komunitas) di RSCM. Dokter bertanya seputar kondisi Nusaibah. Dokter pula memberi tahu kami persiapan yang harus dilakukan untuk tes BERA pekan depan.


  1. Dokter memberi kami obat tetes telinga untuk diteteskan di kedua telinga Nusaibah agar kotorannya keluar. Jadi ketika nanti tes berlangsung, kotoran tidak menjadi variabel pengganggu. Obat diberikan 3 x 2 tetes tiap telinga dan minimal pemakaian 5 hari.
  2. Dokter memberi tahu kami untuk membegadangkan Nusaibah. Sore tidak tidur dan ditidurkan dari jam 24.00 hingga 04.00. Agar nanti ketika tes BERA, Nusaibah bisa tidur dengan tenang. Tes BERA membutuhkan kondisi tenang. Baca disebuah website, bisa sambil bangun juga kok. Tapi kayaknya anak kecil kalau bangun susah dikondisikan ya. Hehe. Pemberian obat bius bisa juga. Namun dokter tidak menyarankan pemberian obat bius sebab laringomalasia dan kondisi jantung Nusaibah yang belum tertutup. Takut tiba-tiba reflux dan masuk ke pernafasan.
  3. Dokter memberitahu kami untuk mendaftar pemeriksaan yang jam 08.00-09.00. Supaya gak terlalu lama Nusaibah begadang ya. Hehe.

 

Semua persiapan yang harus kami perhatikan tertulis dalam secarik kertas yang diberikan pada kami.

 

Persiapan Sebelum Tindakan

Malam ini, 28 Desember 2021, kami harus membuat Nusaibah begadang, tidur jam 24.00 dan kembali bangun jam 04.00. Oke, siang harus tidur sorenya bangun, batinku. Tapi realitanya, siang Nusaibah masih aktif dan sore tertidur. Menjelang maghrib kembali bangun. Biasanya akan tidur kembali jam 20.00. 


Dan betul saja, Nusaibah sudah mulai terlelap. Langsung kami bergantian mengajak Nusaibah bermain, mengobrol, bercanda hingga pada akhirnya kami yang tertidur mengelilingi Nusaibah. Aku terbangun jam 23.00, kaget mendapati Nusaibah dalam kondisi mata terpejam. Tapi ya sudahlah, kurang satu jam aja. Hehe. Langsung ikutan tidur lagi. Aku terbangun lagi, entah jam berapa, untuk membuat susu dan kemudian tidur lagi.

 

Hari H Tindakan

Waktu terus berjalan hingga mendekati pukul 04.00. Tepat pukul 04.00 aku dengan bantuan ayahnya mencium dan mengguncangkan tubuhnya, memanggil namanya, menggelitik telapak kakinya, mengusap mukanya dengan air untuk membangunkannya. Berhasil! 


Tapi layaknya orang begadang lainnya, Nusaibah bangun tapi lemas ingin melanjutkan tidur. Tak jarang ketika Nusaibah lepas dalam pengawasan kami ia mulai memejamkan mata, kriyep-kriyep. Sontak kami pun berkata dan menggoyang-goyangkan tubuhnya agar kembali membuka mata. Sampai Pakde Yayan dan Om Ikal pun turut membantu agar Nusaibah tetap melek.

 

Di dalam kendaraan aku ajak Nusaibah bernyanyi, menggerak-gerakkan tangannya, menelepon uti dan akungnya, berbicara antah berantah untuk menjaga mata Nusaibah agar tetap melek hingga kami sampai di rumah sakit.

 

Tak berapa lama ketika menunggu ayahnya mencetak SEP (Surat Elegabilitas Pasien), Nusaibah muntah dan itu jelas membuat dia tidak tidur. Malah menjadi aktif. Jadi agak cemas apakah nanti Nusaibah bisa tidur dengan mudah atau tidak. Sambil terus memohon sama Allah supaya Nusaibah ditidurkan ketika tes supaya tidak perlu kembali ke poli dengan tes yang sama.

 

Ayahnya datang membawa SEP. Alhamdulillah kami dapat antrean kedua. Nusaibah dipanggil dan dilakukan pembersihan dulu. Pembersihan kotoran di dalam kedua telinga dengan menyemprotkan air, pembersihan belakang kedua daun telinga, dan pembersihan jidat untuk pemasangan alatnya. Baru kami diizinkan untuk menidurkan Nusaibah. Alhamdulillah Allah mudahin banget. Baru saja digendong, Nusaibah sudah tertidur.

 

Langsung saja kami masuk ke ruang pemeriksaan BERA. Pemeriksaan dimulai ketika Nusaibah tenang dan untuk bisa tenang Nusaibah tidur. Pengantar hanya boleh satu orang karena di dalam pemeriksaan sudah banyak orang. Jadi kami memutuskan aku yang akan menemani Nusaibah. Ada dua audilogis dan satu dokter, yang sebenarnya kesana kemari, yang berada di dalam ruangan. 


Pemeriksaan BERA dilakukan dengan posisi aku menggendong Nusaibah dengan posisi kepalanya di lenganku. Nusaibah mulai ditempeli alat-alat di belakang kedua telinga dan di jidad yang kemudian dipasang headset sebagai sumber getaran. Dokter kemudian menyarankan kepada audiologisnya untuk diuji juga dengan bon (entah bagaimana mengejanya, tapi ini yang aku dengar, bon). 


Aku kaget. Lho ini kena bon? Harus bayar? Batin ku. Ternyata bon ini sumber getarannya dipasang di belakang telinga. Ya Allah kan ini pelajaran fisika dulu waktu sekolah. Oh ini kah salah satu fungsi pelajaran waktu itu. Menakjubkan! Batinku ketika mendengar kata getaran.

 

Satu telinga sudah dan ganti telinga lainnya. Ini artinya posisi Nusaibah pun harus berganti. Timbul kecemasan ya, takut kebangun. Alhamdulillah tidak terjadi. Gremeng sebentar kemudian tertidur lagi. Tidak terasa ternyata lumayan lama juga kami di ruangan, akhirnya selesai. Hasil pemeriksaan dijelaskan oleh dokter hari itu juga.


Hasil

Hasilnya menunjukkan ada gangguan fungsi pendengaran, tuli campuran. Campuran konduktif dan saraf, 50:50. Konduktif artinya kondisi ketika suara tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam karena ada masalah pada saluran telinga, gendang telinga, maupun tulang-tulang pendengaran di telinga bagian tengah. Artinya Nusaibah masih bisa dengar.

 

Tuli sensorineural adalah gangguan pendengaran yang terjadi karena kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf yang menghubungkan telinga ke otak (saraf pendengaran), atau kerusakan pada otak itu sendiri. Hal ini juga dapat terjadi ketika sel-sel rambut pada koklea hilang atau rusak. Penderita kondisi ini sulit mendengarkan suara pelan maupun keras. 


Artinya Nusaibah kesulitan mendengar atau bisa sampai pada taraf telinganya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi tidak mengapa, aku pernah menyaksikan bagaiamana orang yang tuli belajar islam kok! Bisa!

 

Kesimpulannya Nusaibah masih ada kemampuan untuk mendengarkan walaupun tidak besar. Dua pekan lagi kami diminta untuk tes kebutuhan alat bantu dengarnya (ABD).

 

Semua kisah tentang Nusaibah mengajarkan aku tentang nikmat-Nya yang tiada tara. Yang justru kadang aku sepelekan. Kali ini nikmat dapat mendengar dengan baik tanpa perlu alat pendukung atau intervensi manusia lainnya. Gratis Rp 0! Nikmat dapat berbicara! Karena semua bermula dari pendengaran. Mendengar akan mempengaruhi pengucapan yang selama ini keluar dari mulut kita. Bagaiamana ia akan berucap jika tidak tau apa dan bagaiamana cara berucap? Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah…

 

Cuplikan video singkat BERA pertamanya Nusaibah.



Posting Komentar